Kisah Nyata Jokowi Bertikai Versus Puan Maharani Di Rumah Mega ini dilansir oleh media terkemuka yang biasanya selalu menutupi keburukan Jokowi, The Jakarta Post. Seperti kita ketahui, The Jakarta Post, Kompas dan Tempo merupakan media mainstream Indonesia yang terikat kontrak pemberitaan untuk pemenangan Jokowi dan PDIP. Manipulasi data dan gaya opini tukang obat yang penuh semangat menutupi kelemahan dengan sejuta sanjungan merupakan aktivitas sehari hari media ini. Namun yang sempat mengejutkan seorang pengamat amatir dari Boston, pada tanggal 11 April 2014, Jakarta Post memasang Headlines tentang Kisah Nyata Jokowi Bertikai Versus Puan Maharani Di Rumah Mega. Beliau sang pengamat merupakan satu dari sekian Ilmuwan Indonesia yang tinggal di Boston. Yang lebih menarik adalah bahwa hanya beberapa menit kemudian server Jakarta Post tidak bisa diakses. Pengamat amatir ini membahas ceplas ceplos di wall beliau mengungkap deal rahasia media untuk propaganda Jokowi. Dan yang paling luar biasa adalah, hari ini wall beliau tidak bisa diakses. Ocehan Amien Rais terbukti benar ada agenda terselubung dalam pencalonan Jokowi. Setelah Jokowi berkuasa maka program yang harus dijalankannya adalah kepentingan orang orang di balik media, yang ditengarai anti Islam dan berpihak pada musuh reformasi yang digulirkan Amien Rais.
Kisah Nyata Jokowi Bertikai Versus Puan Maharani Di Rumah Mega
Beberapa pendukung Jokowi gagal mengenali permasalahan. Mereka mengatakan bahwa perselisihan dalam partai sesuatu yang wajar. Padahal "clue" dari kasus ini bukan pertengkarannya yang sampai menunjuk nujuk dan membuat Megawati menangis, tetapi lebih dari itu, masalah sebenarnya adalah bahwa The Jakarta Post tidak sengaja mengungkap deal rahasia selama ini yang menjadi bukti keterkaitan langsung antara pencalonan Jokowi dengan agenda penguasaan asset dan kekayaan negara melalui PDIP dengan Jokowi sebagai pion nya.
PDIP sebagai partai juara korupsi memiliki prestasi penjualan asset negara terbanyak dalam waktu yang paling singkat yaitu selama tiga tahun berkuasanya Megawati. Ketika popularitas Mega meredup, Jokowi merupakan pilihan utama untuk bisa melanjutkan program penjualan asset negara sembari mengokohkan dominasi orang orang yang mengeruk kekayaan negara .
Baru tahu ya?
BalasHapusSaya kasihan Pak Rudy walikota Solo, kasihan sama Prabowo, kasihan warga Jakarta yang dapat bus karatan, kasihan Rhoma Irama yang tak jadi capres PKB, malah ditinggal ke PDIP. Buat Sukiyat. *Bagaimana khabar esemkanya?"
BalasHapusKasian ama elo yg ngarti dikit pke comment segala..
HapusRhoma effect ada. Jokowi effect ga ada tuh..
BalasHapusNasi udah jadi "bubur ga enak". Mau dijual lagi.
saya kasian sm temen2 kita yg blm melek dari pencitraan jokowi
BalasHapusTuhan sedang membuat skenario lucu untuk negeri ini, maka tertawalah. Tahsabuhum jamii'an, wa kulubuhum syatta.., Muslim yang jumlahnya banyak terpecah berkeping-keping bagai buih di lautan yang terombang-ambing. Maka kembalilah kepada IQRO' !
BalasHapusTolol
BalasHapusSemoga Allah yang balas
BalasHapusHancUr indonesia,,,usaha menegah kebawah bangkrut ! & Islam di obok obok ..!!!
BalasHapusRakyat sudah pada sadar sekarang" menyesal sudah Memilih pak JAKAwaW !!!