BUNUH DIRI Isra' Mi'radj PasangIklanGratis Hijriyah vs Masehi Muhammad dan Anemogamy PasangIklanGratis Alam Semesta Terbatas PasangIklanGratis

Isra' Mi'raj vs Perintah Shalat

Banyak pendapat yang menghubungkan Isra' Mi'raj dengan diterimanya perintah shalat 5 waktu, namun tidak semua ulama sepakat mengenai hal ini. Ayat Al Qur'an tentang Isra' Mi'raj sama sekali tidak menyinggung masalah perintah shalat. Sementara ayat 9-10 surat Al Alaq yang turun sebelum Isra’ Mi’raj justru menjelaskan bahwa Rasulullah sudah menunaikan shalat.
Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang seorang hamba (Muhammad) ketika dia mengerjakan shalat? (QS 96 Alaq ayat 9-10)

Bahkan kalau kita perhatikan, shalat merupakan ibadah yang diperintahkan kepada semua Nabi sebelum Muhammad, termasuk Adam, Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa as, untuk diajarkan kepada umat manusia sebagaimana disebutkan dalam banyak ayat Al Quran. 

Perintah, “Wa aqiimus sholah wa aatuz zakah,.. wa arka'uu maa ar rooki'iin” merupakan perintah Allah kepada umat semua nabi,.. bukan hanya umat Muhammad. Artinya relevansi perintah sholat dengan peristiwa Isra' Mi'raj memang selayaknya dikaji kembali dengan lebih seksama. 

Beberapa orang tetap berusaha menghubungkan keduanya, tetapi hal demikian tidak merubah kenyataan bahwa Quran tidak pernah memuat penjelasan yang mengisyaratkan adanya korelasi antara Isra’ Mi’raj dan perintah shalat lima waktu.


Hikmah Penting Isra' Mi'raj Menurut Quran


Sikap mencukupkan diri dengan Al Quran, dalam berhujjah, terutama dalam membahas masalah yang ghaib, ternyata justru membuat para ulama berhasil mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai hikmah Isra' Mi'radj. 

Jika ditanya untuk apa Rasulullah di isra' kan dan dimi'raj kan oleh Allah, kemudian kita mencari jawabannya dalam Quran, ternyata jawabannya bukan untuk menerima perintah sholat. 

Jawaban yang lebih tepat adalah yang dituliskan dalam Quran pada bagian akhir ayat 1 surah Al Israa: 

“,.....agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami”

Jadi peristiwa Isra dan Mi'raj lebih tepat dipahami sebagai bukti nyata kebesaran Allah, yang diperlihatkan-Nya kepada Muhammad. Setidaknya ada dua hal penting “kebesaran” Allah yang termuat dalam kisah Isra’ Mi’raj dalam quran ini: yaitu kecepatan perjalanan yang dialami Rasulullah dan keagungan alam semesta.

Rasulullah diperjalankan Allah dari Mekah ke Masjidil Aqsa, dalam waktu yang teramat singkat. Fenomena ini mengisyaratkan tentang kecepatan yang memiliki kemiripan dengan kecepatan pemindahan singgasana Ratu Balqis dari pesisir selatan semenanjung Arabia ke Baitul Maqdis Palestina hanya dalam waktu kurang dari satu kali kedipan mata. Jika saja kafir mekah saat itu bertemu dengan raja minyak masa kini yang baru saja terbang dari palestina ke mekah hanya dalam beberapa menit,..tentu reaksi mereka sama. Mereka akan mengatakan hal itu tidak mungkin. Mereka akan menuduh sang raja minyak berbohong. Kenapa demikian? Karena mereka tidak memiliki pengetahuan mengenai kecepatan tinggi. Fenomena kecepatan tinggi inilah salah satu “kebesaran” Allah yang diperlihatkan langsung kepada Muhammad.

Dari Masjidil Aqsa Rasulullah diperjalankan naik ke Sidratul Muntaha, yang biasa diterjemahkan sebagai pohon, pokok, batas yang tidak terlampaui. 
Allah berfirman dalam surah An Najm ayat 13-18

"Dan sesungguhnya dia (Nabi Muhammad SAW) telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, di Sidratul Muntaha. Di dekat (Sidratul Muntaha) ada syurga tempat tinggal. (Dia melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh suatu selubung. Penglihatannya tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar

Sidratul muntaha secara harfiah berarti 'tumbuhan (sidrah) yang tak terlampaui', suatu perlambang batas yang tak seorang manusia atau makhluk lainnya bisa mengetahui lebih jauh lagi. Hanya Allah yang tahu hal-hal yang lebih jauh dari batas itu. 

Dengan demikian, secara bahasa Sidratul Muntaha berarti batas tempat berkesudahan. Disebut demikian karena tempat ini tidak bisa dilewati lebih jauh lagi oleh manusia dan merupakan tempat diputuskannya segala urusan yang naik dari dunia di bawahnya maupun segala perkara yang turun dari atasnya.

Sementara para peneliti astrofisika tengah mencari cara menentukan batas alam semesta, informasi mengenai Sidratul Muntaha yang termuat dalam teks Quran tentang Isra’ Mi’raj telah menginformasikan mengenai batas paling jauh alam semesta. Dan Rasulullah Muhammad menjadi manusia yang “pernah” dibawa sampai ke sana. Jika astrofisikawan memperkirakan batas alam semesta sebagai sebuah keyakinan ilmiah (ilmul yakin), maka Rasulullah sudah mengalami sampai di tempat yang disebut batas alam semesta sebagai sebuah pengalaman bukti empiris (ainul yakin).

Related Post / Artikel Terkait:



2 komentar:

  1. Ini blog sesat.... Hati-hati untaian kalimatnya menjebak umat membenci akidah Islam...

    BalasHapus
    Balasan
    1. may be I'm new....buktikan buktikan kalimmat menjebak umat membenci islam?

      Hapus

Artikel Ini Bagus (Good) atau Jelek (Bad)? Please Comment here