BUNUH DIRI Isra' Mi'radj PasangIklanGratis Hijriyah vs Masehi Muhammad dan Anemogamy PasangIklanGratis Alam Semesta Terbatas PasangIklanGratis

Kenapa Mekah Lebih Duluan Hari Raya Idul Fitri? Rahasia Umum Astronomi

"Saya ikut lebaran hari ini saja ah soalnya Mekah juga lebaran hari ini!" demikian beberapa orang memberikan alasan "syar'i" mengenai keputusan berhari raya (penentuan tanggal 1 Syawal). Tak kurang seorang Master jebolan IAIN ada juga yang mengatakan demikian.  Tetapi sangat mengejutkan ketika seorang anak SD nyeletuk,"Emangnya kita ini hidup di Mekah atau di Indonesia?,.....Kan antara kota Jakarta dan Riyadh itu beda 4 jam?.... bukankah dalam waktu 4 jam itu bulan sudah bergerak naik dari ufuk setinggi 2,0833 derajat?  Mungkin di Jakarta bulan tidak terlihat, tapi 4 jam kemudian di Riyadh sudah bisa terlihat,"  Wah, wah,....diajarin anak SD pula kita nih? Jadi Kenapa Mekah Lebih Duluan Hari Raya Idul Fitri? Berikut ini penjelasannya
Misalkan waktu diamati di Jakarta posisi bulan tepat di cakrawala atau nol derajat, maka 4 jam kemudian ketika diamati dari Riyadh, bulan tersebut sudah bergerak naik dari ufuk setinggi 2,0833 derajat. view the following picture


Gambar pertama:
Asumsikan pengamatan bulan di Jakarta (J) pada tanggal 29 (hari Senin sore)

Posisi bulan segaris dengan posisi matahari tenggelam (sudut 0 derajat), maka pada hari berikutnya (Selasa sore) tanggal 30, bulan terlambat 50 menit dibanding matahari. Artinya matahari sudah tenggelam di garis horison, sedangkan bulan masih di atas horison dengan ketinggian 50 menit.
Kalau dihitung derajat sama dengan  50/60 X 15 = 12,5 derajat
Hari berikutnya bertambah 12,5 lagi menjadi 25 derajat, kemudian 37,5 derajat dan seterusnya sampai kembali lagi segaris dengan posisi matahari

(jika dalam sehari 24 jam, bulan tertinggal dari matahari sejauh 12,5 derajat maka dalam 4 jam (selisih waktu jakarta riyadh) bulan tertinggal sejauh (12,5 X  4/24) atau sama dengan (12,5 dibagi 6) hasilnya adalah 2,0833.

Jadi dalam 4 jam bulan tertinggal dari matahari sejauh 2,0833 derajat sebagaimana terlihat dalam gambar kedua berikut ini:



Gambar kedua adalah pengamatan di Jakarta pada tanggal 29 Senin sore jam 18.00 WIB.
Posisi bulan segaris dengan posisi matahari (Riyadh masih siang jam 14.00 waktu Riyadh)


Empat Jam Kemudian Riyadh baru dapat melakukan Rukyat. Dalam selang waktu 4 jam tersebut bulan sudah tertinggal dari matahari sejauh 2,0833 derajat sebagaimana gambar berikut:


Gambar ketiga adalah pengamatan di Riyadh 4 jam kemudian setelah pengamatan di Jakarta (Riyadh jam 18.00 dan Jakarta sudah malam jam 22.00) pada saat pengamatan di Riyadh ini posisi bulan tidak lagi segaris dengan matahari tetapi tertinggal (di sebelah atas) dari matahari yang sedang terbenam di garis horison. Ketinggian bulan dari horison adalah sebesar 2,0833 derajat.

Dalam Ilustrasi diatas, Ahli Rukyat di Jakarta tidak melihat hilal sedangkan ahli rukyat di Riyadh sudah bisa melihat karena tinggi bulan dari horison sudah lebih dari 2 derajat. Dengan demikian umat di Arab Saudi Selasa sudah Hari Raya, sedangkan Muslim di Jakarta berhari raya pada hari Rabu

Biasanya ada usul ”cerdas”  bagaimana kalau batasan tinggi bulan dari horisonnya diperbesar misalnya sampai 5 atau 6 derajat? Dengan begitu selisih 2 derajat tidak membuat Riyadh jadi berbeda dari Jakarta. Benarkah?

Tidak demikian. Berapapun angka derajat yang disepakati hasilnya akan begitu juga. Misalnya disepakati 5 derajat.  (artinya kalau tinggi bulan belum 5 derajat maka esok masih bulan lama). Jika kasus yang terjadi dilapangan persis seperti asumsi dalam ketiga gambar di atas memang Riyadh dan Jakarta jadi sama karena  tinggi bulan pada pengamatan di Riyadh hanya 2 derajat (tidak sampai lima).

 Persoalan jadi beda kalau pada pengamatan di Jakarta tinggi bulan mencapai 4 derajat maka ketika diamati di Riyadh bulan sudah naik lagi menjadi 4+2 = 6 derajat. Artinya Jakarta masih bulan lama, Riyadh sudah bulan baru.

Related Post / Artikel Terkait:



46 komentar:

  1. penjelasan brilian nih?
    ustadz lulusan mana sih? pinter amat?

    BalasHapus
  2. artikelnya bagus bos....sangat bermanfaat untuk menamabah pengetahuan kami trims ya..?

    BalasHapus
  3. Islam sudah go internasional umat islam ada dibelahan bumi manapun. Mekah itukan pusat ibadah umat islam kenapa kita tidak jadikan acuan untuk penentuan penanggalan hijriyah, kan aneh Alloh satu, matahari satu, bumi satu dan bulanpun satu tapi dalam satu hari tanggal berbeda wollohualm bisoab

    BalasHapus
    Balasan
    1. penentuan waktu sholat ditentukan oleh Jam matahari,..

      Kalo di Indonesia Jam 4 sore di Makkah baru Jam 12,..

      Kalo di Indonesia HarusnYa sholat Asar,..

      Apakah Harus mengikuti Makkah Sholat Dzuhur,..

      So jangan asal mengglobalKan deh tanpa ilmu,..

      Hapus
    2. kalo mau jadiin mekkah sebagai acuan, maka pergantian awal hari pun harus dari mekkah, jadi kalau sekarang di mekkah hari jum'at, maka besoknya baru indonesia masuk hari jumat.

      Hapus
    3. @ anonymous12 April 2012 15.20

      Mungkin yang di maksud itu Penanggalannya saja, kalau Jam Sholat ya sesuai yg sudah berjalan.

      “Berpuasalah karena melihatnya (hilal), berbukalah karena melihatnya (hilal), jika penglihatan kalian terhalang maka sempurnakan bulan Sya’ban jadi 30 hari” (HR. Bukhari 1909, Muslim 1081)
      Ada yg mengartikan Melihat (Hilal) di artikan Melihat Lagsung dengan Mata Kepala, jadi kalau dengan perhitungan, dan ilmu astronomi di anggap tdak sesuai Hadits tadi.

      Kalau Hadis yg satu ini tentang Kapan Waktu Sholat :
      “Waktu shalat Zhuhur adalah setelah tergelincirnya matahari sampai saat bayangan seseorang sama seperti tingginya selama belum masuk waktu Ashar. Waktu shalat Ashar selama matahari belum menguning, sedangkan waktu Maghrib selama awan merah di langit belum hilang. Adapun waktu shalat Isya’ hingga tengah malam yang pertengahan, dan waktu shalat Shubuh sejak terbitnya fajar hingga sebelum terbitnya matahari.” Hr.Muslim

      Itulah tanda2 waktu sholat yang bisa kita lihat Lansung dengan Mata Kepala,
      Cuma kenapa kita skg mengetahui/ Melihat waktu Sholat dari "Jam" bahkan dri TV (magrib) bukan matahari atau bayangan lagsung??

      menurut saya karena Ilmu, kita sudah di bekali ilmu yang waktu jaman Rosulullah Belum sempurna, meski skg pun belum sempurna tpi lebih bisa di pertanggung jawabkan scra keIlmuan.

      Kita skg bisa mendapat berita/ Kabar/ Pesan dri Internet/ Koran/ SMS dan kita bnyak meyakini kalau berita itu benar adanya, jarang skg kita berkomunikasi lagsung dg org.
      Ya Semua itu karena ILMU,

      Semoga dengan Ilmu kita mendapatkan Rahmad dari nya

      Hapus
  4. jarak waktu antara melihat hilal dan sholat ied ada jeda waktu sekitar 12 jam, dari sekitar jam 18.00 sampai dengan jam 06.00 pagi. apakah dalam jeda waktu itu tidak diperbolehkan apabila kita juga mengikuti daerah di sebelah barat kita yang nyata-nyata telah melihat hilal. toh, sholat ied tidak dikerjakan pada saat kita melihat hilal itu kan ? akan tetapi dikerjakan esok paginya ?

    BalasHapus
  5. ini sudah jaman milennium, IT dan komunikasi sudah sangat maju, sehingga rasanya aneh juga ketika besok pagi kita tidak sholat ied padahal kita mengetahui kalau malam ini jam 22.00 daerah di sebelah barat kita sudah mengumumkan hari raya jatuh hari ini, bukan besoknya. sementara kita tetap bersikukuh bahwa besok masih puasa, padahal jelas nyata-nyata kita tahu di malam ini sudah ada daerah yang melihat hilal...... dan sholat ied tidak dikerjakan malam ini, tetapi dikerjakan besok pagi....

    BalasHapus
  6. HA HA HA Emang inilah Indonesia negara yang senang bikin sensasi, ya ma'lum kepemempinan yang dibangun atas dasar ... uang ... penuh korupsi kebijakannya banyak yang ngaco.

    BalasHapus
  7. Ada dua cara dalam metode rukyah ada metode rukyah global seperti yang di tulis di artikel ini, ada juga metode rukyah regional (setiap daerah tidak harus sama dengan daerah lainnya). semua cara benar, yang tidak boleh adalah berpuasa pada saat tgl 30 (karena tgl keraguan) dan hukumnya haram, jadi boleh saja lebaran tgl 31 tapi gak boleh puasa tagl 30.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dalil'a apa tgl 30 Ъ boleh puasa?

      Hapus
    2. Anda org yg plinplan y,..
      Dari mana ada bulan keraguan,.
      Apa islam mengajarkan keraguan,..
      Padahal sudah di jelaskan dlm alquran,.
      Bahwa tidak ada keraguan padanya,..
      Knp hra ragu,..
      Ingat firman allah,.
      Ku jadikan kiblat agar kamu tdk berselisih paham,..
      Y jd kita itu hrs ikut kiblat,.
      Kiblatnya dimana,.?
      Y di mekah,..
      Jd metodr hanya 1 yg benar,..
      Bukan smw benar,.
      Kan sudah d jlaskan kita hrs ikut kiblat agar tdk berselisih paham.
      Jd ga da yg perlu di ragukan lg,..

      Hapus
  8. ini namanya pembodohan umat T_T

    BalasHapus
  9. Jadi sebenarnya Lebaran hr Rabu nih? Aku bingung sih kalo masalah perhitungan Bulan XDDDD. Mohon jawabannya ya...

    BalasHapus
  10. bukannya harusnya peredaran bulan lebih cepet daripada matahari, secara jarak bulan - bumi lebih dekat daripada jarak matahari - bumi. Apalagi bulanlah yg mengelilingi bumi, bisa lebih cepet lagi. Kayaknya perhitungan yang berdasar pendapat anak SD ini, relatif terhadap pergerakan benda langit

    BalasHapus
  11. Artikel ini hanya bersifat lokalan, padahal Hadist nabi tentang saksi melihat hilal berlaku secara internasional karena Islam adalah agama Internasional,
    harus konsisten juga karena semua fihak yakin hilal terlihat di Indonesia sedikit terlambat dari mekkah di tgl 29, maka untuk orang yang lebaran di tgl 31, pd tanggal 30 mereka masih berpuasa padahal bulan sudah syawwal, maka sangat jelas ini adalah pembodohan.

    BalasHapus
  12. Pernah suatu ketika Nabi dan umat islam di Madinah tidak melihat hilal pada malam tanggal ke 30 akhirnya Nabi dan para sahabat puasa tanggal ke 30 tersebut tapi saat siang menjelang sore hari ada utusan dari negri syam (syiria) bahwa di negri SYAM terlihat hilal setelah di sumpah utusan tersebut maka Rosululloh memerintahkan kepada umat islam di madinah dan sekitarnya agar membatalkan puasa kemudian Beliau mengatakan sholat iednya esok hari yaitu tanggal 2 syawal. Inilah bukti baha islam itu bukan LOKAL tapi INTERNASIONAL

    BalasHapus
    Balasan
    1. Fachrul Amin AZ Iskandar31 Juli 2013 pukul 22.03

      assalamu'alaikum, maaf saudaraku, klau boleh tau yg saudara sampaikan apakah ada dasarnya, atau hanya pernah dengar cerita, atau tepatnya ada dalilnya, siapa yang meriwayatkannya, lagian saudara menyampaikan nya disini dengan menyembunyikan diri, ga pake nama jati diri, jadi saya anggap HOAX. demikian
      wassalamu'alaikum

      Hapus
    2. Sangat setuju...

      Hapus
  13. Kalau anda ingin tahu di muka bumi ini yang puasanya 30 hari hanya 4 negara

    BalasHapus
  14. Ada baiknya sebelum komentar masalah rukyat sebagaimana diangkat dalam artikel di atas, setiap orang hendaknya baca dulu tentang detil peredaran bumi bulan dan matahari. Artikel ini merupakan salah satu yang paling bagus. Perbedaan mencolok antara dunia islam di masa nabi dengan masa sekarang adalah masalah penyebaran kaum muslimin. @anonim kedua diatas saya,.. syam dan madinah hanya berbeda garis bujur sebesar 3 derajat sehingga batas penanggalan hijriyahnya sama. Banyak yang tidak tahu bahwa batas penanggalan hijriyah selalu bergerak (tidak tetap pada garis bujur tertentu) sementara batas penanggalan masehi tetap berada di hawai. inilah sebenarnya akar permasalahannya. buat penulis, teruslah berkarya. anda sangat berani berfikir dan menulis, saya pikir anda seorang akedemisi atau doktor barangkali?

    BalasHapus
  15. Artikel yang bagus. Sayangnya di Mekkah tanggal 29 Agustus 2011 itu posisi bulan bukan 2.0833 derajat, tetapi 0.5 derajat. Kenapa? Karena bulan bergerak sinusoidal. Pada saat bulan bergerak ke barat, sewaktu mencapai Mekkah (siang), sore menuju malam dia bergerak terus ke barat daya (ke arah Selatan).

    Perhatikan kurva kenampakan hilal http://moonsighting.com/1432shw.html

    Kalau bulan bergerak datar, bukan sinusoidal maka anda benar, ketinggian di Mekkah mencapai 2.08333 derajat. Tapi yang terjadi tidak demikian. Oleh karena itu banyak sekali perdebantan antara kalangan astronom Arab Saudi, terhadap penetapan idul Fitri 2011 ini. Seharusnya dengan ketinggian hilal 0.5 derajat itu mustahil bulan bisa dilihat.

    Lebih jauh jika anda tertarik mengamati pergerakan bulan yang sinusoidal itu bisa mendownload software ini: www.fourmilab.ch/homeplanet

    BalasHapus
  16. artikel dan comment-2nya sangat baik. menambah wawasan dan dalam semangat ukhuwah. yang diperlukan mnrt saya adalah kesepakatan dunia islam internasional ttg penanggalan hijri ini dengan Makah sbg pusat. dg demikian mengacu kepada riwayat nabi yang batal puasa krn ada yg melihat hilal di syiria bs sbg dasar bhw mmg sehrsnya dunia islam menjadi satu sedunia (ummatan wahidah). kalau lokal begini trs, maka sellu ada perbedaan. seolah-2 kita di indonesia ada di planet lain... krn punya waktu yg beda sedri dr masy islam dunia

    BalasHapus
  17. yang sinusoidal bukan gerakan bulannya kang. gambar lengkungan parabolik yang digambarkan di http://moonsighting.com/1432shw.html, itu adalah gambar area pengamatan di bumi. bentuknya seperti itu karena posisi bulan tidak tegak lurus di atas ekuator melainkan miring ke arah selatan

    BalasHapus
  18. tp skrg knp hari raya idul adha bisa bersamaan?sdngkan idul fitri bisa beda 1 hari,inipun kalau qt tinjau dr prhitungan d atas.

    BalasHapus
  19. inilah islam..biarpun berbeda asalkan tuhannya Allah rukun islam dan iman sama no probelm...
    Allah aja menyediakan 7 pintu surga buat orang beriman yang masuk surga...
    dan sudah skenario Allah islam memiliki banyak perbedaan di dbawah kesamaan tuhan...yaitu Allah Swt.
    manusia di cipttakan berbangsa - bangsa besuku - suku yaitu untuk dapat saling mengenal..

    BalasHapus
  20. lha kalau idul fitri kita gak boleh ikut yang di mekkah, trus kalo idhul adha kok kita selalu ikut mekkah, seharusnya idul fitri dan idul adha juga harus ikut mekkah

    BalasHapus
  21. artikel yang baguss!
    menambah pengetahuan....

    BalasHapus
  22. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  23. Hahhhahaaa.... mari jangan hanya terhanyut satu... Jebakan ilmiyah
    "anak SD" tsb diatas saja, krn.. Tetap belum menjawab pertanyaan :
    kenapa klu idul adha, atau taun baru Hijriyyah.. Ngga dibikin puyeng.. Yah
    para petinggi MUI manut2 saja dg jadwal nya saudi. Untung ja imam ka'bah
    nngga usil dg kelakuan MUI yg semi-semi mencla mencle gini.

    BalasHapus
  24. @yudha joe nedd:
    Penentuan awal bulan hijriyah dengan rukyat memang hanya diperintahkan oleh Rasulullah SAW terhadap bulan Ramadhan, Syawwal, dan Dzulhijjah. Didalamnya ada ketentuan ibadah yang TERKAIT WAKTU. Bulan yang lain memang nggak perlu dibikin puyeng. Khusus Dzulhijjah, sebagian ulama memang mensyaratkan bersamaan dengan Saudi, karena ada ibadah Puasa Arofah yang juga TERKAIT TEMPAT, tidak hanya terkait waktu. Sekalipun istilah "bersamaan" ini bisa jadi justru bias dalam konteks kalender.

    Apa dikira jaman Rasulullah belum ada kalender?

    Btw mohon bisa memberi sumber yang menyatakan kalo MUI manut Saudi dalam penentuan Idul Adha?

    -Zaqi-

    BalasHapus
  25. begitu ya makanya arab saudi lebih dulu idul fitri.makasih banyak sob

    BalasHapus
  26. kalau sebaliknya gimana, sekarang 2014, idhul adha duluan jakarta dibandingkan mekkah....

    BalasHapus
  27. barang siapa di negara kamu terjadi perbedaan, maka ikutilah pemerintahan kalian.

    BalasHapus
  28. “Berpuasalah karena melihatnya (hilal), berbukalah karena melihatnya (hilal), jika penglihatan kalian terhalang maka sempurnakan bulan Sya’ban jadi 30 hari” (HR. Bukhari 1909, Muslim 1081)
    Ada yg mengartikan Melihat (Hilal) di artikan Melihat Lagsung dengan Mata Kepala, jadi kalau dengan perhitungan, dan ilmu astronomi (Hasilnya berbeda dg yg melihat Langsung) di anggap tidak sesuai Hadits tadi.

    Kalau Hadis yg satu ini tentang Kapan Waktu Sholat :
    “Waktu shalat Zhuhur adalah setelah tergelincirnya matahari sampai saat bayangan seseorang sama seperti tingginya selama belum masuk waktu Ashar. Waktu shalat Ashar selama matahari belum menguning, sedangkan waktu Maghrib selama awan merah di langit belum hilang. Adapun waktu shalat Isya’ hingga tengah malam yang pertengahan, dan waktu shalat Shubuh sejak terbitnya fajar hingga sebelum terbitnya matahari.” Hr.Muslim

    Itulah tanda2 waktu sholat yang bisa kita lihat Lansung dengan Mata Kepala,
    Cuma kenapa kita skg mengetahui/ Melihat waktu Sholat dari "Jam" bahkan dri TV (magrib) bukan matahari atau bayangan lagsung??

    menurut saya karena Ilmu, kita sudah di bekali ilmu yang waktu jaman Rosulullah Belum sempurna, meski skg pun belum sempurna tpi lebih bisa di pertanggung jawabkan scra keIlmuan.

    Kita skg bisa mendapat berita/ Kabar/ Pesan dri Internet/ Koran/ SMS dan kita bnyak meyakini kalau berita itu benar adanya, jarang skg kita berkomunikasi lagsung dg org.
    Ya Semua itu karena ILMU,

    Dan yang melakukan Melihat Langsung Hilal, juga menetapkan angka Derajat dlam ketinggian Hilal. Derajad, apakah itu di sebutkan dalam Hadist???
    Derajad, ya itu juga Ilmu

    Semoga dengan Ilmu kita mendapatkan Rahmad dari nya

    BalasHapus
  29. BERBAGI ILMU TENTANG PUASA ARAFAH.....

    Waktu puasa Arofah di sesuaikan dengan ru'yah hilal bulan Dzulhijjah pada masing-masing wilayah. Dan inilah pendapat yang mashyur dari Asy-Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-'Utsaimin rahimahullah, yang kemudian diikuti oleh murid-murid senior beliau seperti Asy-Syaikh Kholid Al-Muslih, dan Asy-Syaikh Kholid Al-Musyaiqih. Demikian juga merupakan fatwa Syaikh Abdullah bin Jibrin.

     PENDAPAT INI SANGAT KUAT DENGAN HUJJAH SEBAGAI BERIKUT:
     1. Jika seandainya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda ((Puasa hari Arofah adalah puasa dimana para jam'ah haji sedang wukuf di padang Arofah)), tentunya ini adalah nash dalam permasalahan ini, dan tentu para ulama tidak akan khilaf dalam memahami redaksi tersebut. Akan tetapi kenyataannya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ "Puasa hari Arofah...".

    2. Penamaan Puasa Arofah, ternyata didalam hadits ada 3, tidak hanya disandarkan pada arofah saja, seperti Puasa Tis'ah, kesimpulannya = penyandaran kepada arofah adalah pemuliaan saja, tidak krn sebab tempat, puasa arofah tetap 9 dzulhijjah, walau berbeda dengan Mekkah.

    3. Puasa Arofah, sudah disyariatkan sejak tahun ke-2 sedangkan wukuf di Arofah / Haji disyariatkan pada tahun ke-6 (jumhur) / ke 9 (Ibnul Qoyyim), sehingga penyandaran puasa tgl 9 Dzulhijjah dengan Arofah, bukanlah berkaitan dengan wukuf di arofah.
    Puasa ‘Arafah disyariatkan pada tahun kedua —ada juga riwayat yang menyebutkan tahun pertama— setelah hijrah bersamaan dengan disyariatkannya shalat ‘Idul Fitri dan Îdul Adh-hâ. Adapun wukuf di ‘Arafah sebagai bagian dari manasik haji, disyariatkan pada tahun keenam setelah hijrah.
    Maknanya, pada tahun kedua, ketiga, keempat, dan kelima setelah hijrah, Rasulullah s.a.w. dan para sahabat telah melaksanakan puasa ‘Arafah tanpa ada seorang pun melaksanakan wukuf di ‘Arafah. Saat disyariatkan, puasa ‘Arafah tidak dikaitkan dengan peristiwa wukuf di ‘Arafah. (Lihat: Zâdul Ma'âd, II/101, Fathul Bârî, III/442; Hâsyiyah al-Jumal, VI/203; dan Subulus Salâm, I/60)

    4. Jika memang yang ditujukkan adalah menyesuaikan dengan waktu wukufnya para jama'ah haji di padang Arofah (dan bukan tanggal 9 Dzulhijjah berdasarkan masing-masing negeri), maka bagaimanakah cara berpuasanya orang-orang di Sorong Irian Jaya, yang perbedaan waktu antara Mekah dan Sorong adalah 6 jam?.
    Jika penduduk Sorong harus berpuasa pada hari yang sama -misalnya- maka jika ia berpuasa sejak pagi hari (misalnya jam 6 pagi WIT) maka di Mekah belum wukuf tatkala itu, bahkan masih jam 12 malam. Dan tatkala penduduk Mekah baru mulai wukuf -misalnya jam 12 siang waktu Mekah-, maka di Sorong sudah jam 6 maghrib?. Lantas bagaimana bisa ikut serta menyesuaikan puasanya dengan waktu wukuf??

    5. Kita bayangkan bagaimana kondisi kaum muslimin -taruhlah- sekitar 200 tahun yang lalu, sebelum ditemukannya telegraph, apalagi telepon. Maka jika puasa Arofah penduduk suatu negeri kaum muslimin harus sesuai dengan wukufnya jama'ah haji di padang Arofah, maka bagaimanakah puasa Arofahnya penduduk negeri-negeri yang jauh dari Mekah seperti Indonesia, India, Cina dll 200 tahun yang lalu? apalagi 800 atau 1000 tahun yang lalu?
    ( Di sadur dari Artikel Ustadz Firanda dan lainnya)

    Ditulis oleh Ustadz Mukhlis Abu Dzar hafidzohulloh

    Semoga bermanfaat...
    Tanamkan Tauhid & Sunnah
    Tinggalkan Syirik & Bid'ah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oke....,thank untuk redaksinya...
      Semoga komentar anda bermamfaat untuk semua...

      Hapus
  30. Kebenaran hanya punya Allah. kita hanya berikhtiyar menemukannya. Yang pasti kebenarannya bahwa Umat Islam berkewajiban untuk mengikuti Al Quran dan As Sunnah. Anda melakukan yang Anda yakini kebenarannya, Saya pun melakukan apa yang saya yakini kebenarannya.

    BalasHapus
  31. kuncinya ada pada cara menghitung pergantian hari antara tahun masehi dan hijriyah...

    pada tahun masehi pergantian hari dimulai jam 00, sedangkan hijriyah dimulai waktu masuknya shalat magrib...

    artinya selisih 4 jam duluannya waktu WIB dari Mekah. nah saat kita belum melihat hilal maka 4 jam kemudian org di mekah melihatnya.

    maka otomatis esok di pagi harinya hilal juga sudah terlihat di Indonesia. apakah ente masih puasa ketika hilal 1 syawal telah terlihat disiang hari?

    sebagaimna diketahui bahwa mekah adalah pusat bumi bukan greenwitch. terlebih juga pusat Islam saat shalat dan haji.

    maka saya pribadi lebih condong mengikuti penetapan bulan hijriyah berdasarkan kalender mekah daripada lainnya terlepas kita sedang berada dimana.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    2. stuju banget buat anonim, anehnya klo giliran thn Hijriyah beda, sedangkan giliran thn Masehi hrus sma, padalah cuman beda di jam sajah kan, klo mau ngitung perbdeaan selisih jamm di, antar jawa barat sama irian jaya ajh kan perbedaan selisih jamnya sma ma yg di mekkah cuman beda 4 jam, klo di irian jaya pada hari senin, tgl 4 thn 2016 sudah jam 06.00 pagi, org2 disana sudah siap" melkukan kegiatannya masing", berarti d jawabarat pada hari senin tgl 4 thn 2016 baru jam 03.00 subuh, nah pasti org" dijabar masih pada tidur. ga usah jauh"kan klo mau nghitung perbedaan selisih jam. berarti klo di mekkah udh merayakan idul fitri, harusnya indonesia jga harus sma, malahan mah indonesua harus lebuh dahulu merayakan idul fitri, mislakan klo d mekkah jam 06.00 pagi, berarti dindoesia sekarang jam 10.00 menjelang siang,

      knpa harus bda mnentukan tgl 1 syawal antara mekkah & indonesia. alesannya tidak melihat hilal.

      tpi kita bisa melihat secara realnya perbedaan bulan Dzulhijah antara mekkah dan indonesia , para Jama'ah Haji pada hari Arafah ketika manusia wuquf di Arafah.muslim berpuasa selama dua hari pada tanggal 8 dan 9 Dzulhijah.

      Didalam hadits yang mulia ini terdapat dalil dan hujjah yang sangat kuat tentang waktu puasa Arafah, yaitu puasa Arafah ini terkait dengan waktu dan tempat. Bukan dengan waktu saja seperti umumnya puasa-puasa yang lain. Oleh karena puasa Arafah itu terkait dengan tempat, sedangkan Arafah hanya ada di satu tempat yaitu di Saudi Arabia di dekat kota Makkah bukan di Indonesia atau di negeri-negeri yang lainnya, maka waktu puasa Arafah adalah ketika kaum muslimin wuquf di Arafah.

      berarti di indonesia klo mnentukan tgl 1 syawalnya berbeda otmatis dong untuk puasa arafah jga pasti berbeda, sedangkan untuk melaksanakan puasa arafah tu tgl 9, hari dimana para jama’ah haji sedang wukuf di Arafah. jdi buat pa ath kita puasa arafah klo para jemaah haji sudah tidak da di padang arafah. buat pa kita puasa, berpuasa pada hari Aidiladha yaitu (10 Dzulhijjah) dan hari-hari tasyrik (11, 12 dan 13 Dzulhijjah) adalah hari tasyrik diharamkan untuk berpuasa. lahan mah krang kan tekhnoloi sudah canggih, jdi kita tau kapan kita bisa beruasa arafah. hadith yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra: Rasulullah SAW telah mengirimkan Abdullah Ibn Huzhaqah untuk mengumumkan di Mina: “Kamu dilarang berpuasa pada hari-hari ini (hari tasyrik). Ia adalah hari untuk makan dan minum serta mengingat AllAH.

      kesimpulannya kita sebagai umat islam harus bsa menghargai kpribadianya masing2, jangan sampai adanya perdebatan diantara kaum muslim lainnya, karena setiap muslim tu bersudara.

      Hapus
  32. Assalamu'alaikum. Menurut logika berfikir sederhana saja waktu sholat, waktu sahur, waktu berbuka puasa lebih dulu untuk darah/ negara yang letaknya lebih Timur. Kenapa sholat Ied jadi belakangan? Sulit di terima. Kecuali matahari terbit dai barat.....

    BalasHapus
  33. yang punya blog siapa? boleh minta kontaknya? saya mau tanya2 banyak hal, terimakasih

    BalasHapus

Artikel Ini Bagus (Good) atau Jelek (Bad)? Please Comment here