BUNUH DIRI Isra' Mi'radj PasangIklanGratis Hijriyah vs Masehi Muhammad dan Anemogamy PasangIklanGratis Alam Semesta Terbatas PasangIklanGratis

Islam Yang Benar Itu Yang Mana Benarkah Islam Terpecah Belah

perpecahan
Seorang bertanya Islam yang benar itu yang mana? Kenapa Islam bisa terpecah belah?
Orang itu menyodorkan data : ada NU yang biasa mengaku aswaja, ada Muhammadiyah, ada Persis, ada Salafy, ada HTI, ada Jamaah Islamiyah, ada LDII, ada NII, ada Ahmadiyah, ada juga Syiah, dan segala macam kelompok tariqat yang semuanya mengaku Islam tetapi saling berbeda, bahkan kalau mau jujur diantara kelompok itu ada yang saling bermusuhan, seperti misalnya antara NU dengan Salafy di wilayah Jawa Tengah, atau NU dengan Persis di Jawa Barat, atau NU dengan Muhamadiyah di Solo dan Yogya.
Jadi islam yang benar itu yang mana ? Kenapa harus berpecah belah? Kenapa tidak bersatu saja?
Pertanyaan tersebut ditujukan pada dua ulama. Kita bisa lihat betapa jwabannya sangat berbeda. Bagaimana ceritanya?


Jawaban ulama Pintar : Pertama Islam terpecah belah sudah merupakan takdir Allah, bahkan sudah diramalkan oleh Rasulullah sejak 14 abad lalu

“Dari sahabat Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Dan (pemeluk) agama ini akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, tujuh puluh dua golongan akan masuk neraka, dan (hanya) satu golongan yang masuk surga, yaitu Al Jama’ah.” (HRS Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Abi ‘Ashim dan Al Hakim, dan dishohihkan oleh Al Albani)
“Dari sahabat Abu Hurairah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Umat Yahudi telah berpecah belah menjadi tujuh puluh satu atau tujuh puluh dua golongan, dan umat nasrani berpecah belah seperti itu pula, sedangkan umatku akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan.” (HRS Ahmad, Abu Dawud, At Tirmizy, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Al Hakim, Ibnu Abi ‘Ashim, dan dishohihkan oleh Al Albani)

Kalau sekarang ini umat Islam bersatu tentu itu merubah takdir Allah. Kalau umat islam bersatu berarti ramalan Rasulullah salah dong? Kalau Rasulullah bilang umat ini pecah menjadi 73 golongan, itu pasti, itu pasti. Tidak lebih dan tidak kurang. Dan itu merupakan prestasi luar biasa karena Yahudi dan nasrani saja Cuma terpecah menjadi 71 atau 72 golongan. Lha kita 73 golongan hebat bukan?
Kita harus bersyukur karena sekarang ini kita berpecah belah. Dan hendaklah seluruh umat Islam terus menjaga perpecahan umat ini supaya jumlahnya tetap 73 golongan, tidak bertambah atau berkurang. Sebab kalau berubah jumlahnya, kita bisa berdosa dituduh merubah takdir Allah juga dituduh membuat ramalan jitu Rasulullah jadi tidak akurat.
Lalu diantara 73 golongan itu mana golongan yang benar. Rasulullah telah memberikan isyarat bahwa yang benar adalah yang mencontoj sunnah nya (Ahlussunnah) dan al Jamaah. Kita menyebutnya sebagai Ahlussunnah wal Jamaah atau disingkat aswaja
Nah sekarang, siapa Aswaja itu?... aswaja itu ya kita ini....saya sampeyan pokoknya kelompok kita inilah aswaja yang asli.. yang lain itu Cuma ngaku ngaku saja




Related Post / Artikel Terkait:



2 komentar:

  1. MENGAPA HARUS BERTENGKAR SOAL YANG GAIB!

    rasanya Nabi Muhammad SAW dianugerahi sbg Rasul dan penutup para nabi mah bukan untuk tugas ramalmeramal krn beliau bukan tukang tenung:

    Maka tetaplah memberi peringatan, dan kamu disebabkan nikmat Tuhanmu bukanlah seorang tukang tenung dan bukan pula seorang gila. ﴾SQS. Ath Thuur, 52:29﴿

    jangankan masa depan apa lagi akhir zaman, ya peristiwa setelah beliau wafat, yang era sebelum beliau saja harus berdasarkan wahyu, simak:

    Yang demikian itu adalah sebagian dari berita-berita ghaib yang Kami wahyukan kepada kamu (ya Muhammad); padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka (berbuat) melemparkan anak-anak panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan kamu tidak hadir di sisi mereka ketika mereka bersengketa. ﴾SQS. Ali Imran, 3:44﴿

    Nanti (ada orang yang akan berpolemik) mengatakan (jumlah mereka) adalah tiga orang yang keempat adalah anjingnya, dan (yang lain) mengatakan: "(jumlah mereka) adalah lima orang yang keenam adalah anjing nya", sebagai TERKAAN TERHADAP BARANG YANG GAIB; dan (yang lain mebalas argumen yang lain lagi) mengatakan: "(jumlah mereka) tujuh orang, yang ke delapan adalah anjingnya". Katakanlah (Hai Muhammad): "Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada orang yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit". Karena itu janganlah kamu (Muhammad dan umatmu lalu sampai) BERTENGKAR tentang hal mereka, kecuali pertengkaran lahir saja dan jangan kamu menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada seorangpun di antara mereka.

    Katakanlah: "Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua); kepunyaan-Nya-lah semua yang tersembunyi di langit dan di bumi. Alangkah terang penglihatan-Nya dan alangkah tajam pendengaran-Nya; tak ada seorang pelindungpun bagi mereka selain dari pada-Nya; dan Dia tidak mengambil seorangpun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan". ﴾SQS. Al Kahfi, 18:22 dan 26﴿

    BalasHapus
  2. Sufi maksud sampean ? Yang demo ngadu si kafir ke hukum thogut ? :D

    Mari yuk bongkar aswaja dari imam syafi'i

    dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah : ““Nama Sufi belum ada pada tiga kurun pertama (umat Islam). Istilah itu baru muncul setelah itu”. (Majmû Fatâwâ 11/5).

    Sikap umat Islam terhadap Sufi dan ajarannya terbagi menjadi dua pihak, mendukung Tasawuf dan mengamalkan ajarannya. Yang kedua, menolak ajaran tersebut dan menjauhinya serta memperingatkan umat darinya. Bagaimana sikap seorang Muslim terhadap ajaran Tasawuf ini?.

    Timbangan seorang Muslim untuk menganalisa dan menilai sesuatu adalam Kitâbullâh dan Sunnah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bila dicermati, fenomena yang telah disebut di muka, keyakinan aqidah wihdatul wujud yang diyakini pembesar Sufi seperti Ibnu Arabi, banyaknya tarekat yang masing-masing ternyata memiliki ajaran-ajaran khusus yang berbeda dari tarekat lainnya sesuai dengan apa yang diajarkan Syaikh tarekat, sudah cukup menjadi bukti bahwa golongan ini tidak berada di atas jalan yang lurus. Apalagi bila ditambah dengan kebiasaan bertawasul kepada orang mati, dan mengadakan acara dan ibadah yang sama sekali tidak pernah diperintahkan oleh Nabi umat Islam, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam .

    Maka tak mengherankan bila seorang Imam Syâfi’i rahimahullah mencela dan membantah aliran ini. Pandangan Imam Syâfi’i rahimahullah dan celaan beliau terhadap aliran ini dan para pengikutnya telah tercatat rapi dalam kitab-kitab yang menulis biografi beliau.

    Yang menarik, Imam Syâfi’i rahimahullah pernah melontarkan pernyataan ketika beliau memasuki negeri Mesir yang berbunyi :

    خَلَفْتُ بِالْعِرَاقِ شَيْئًا أَحْدَثَهُ الزَّناَدِقَةُ يُسَمُّوْنَـهُ التَّـغْبِيْرَ يُشْغِلُوْنَ بِهِ النَّاسَ عَنِ الْقُرْآنِ

    “Aku tinggalkan di (negeri) Irak sesuatu yang diada-adakan oleh kaum zindiq yang mereka sebut dengan taghbiir. Dengan itu, mereka melalaikan orang-orang dari al-Qur`ân” [Manâqibu asy-Syâfi’i , karya al-Baihaqi 1/173].

    Makna zindiq adalah orang yang sudah rusak agamanya. Dan orang-orang zindiq yang beliau maksud adalah kalangan mutashawwifah (para penganut Tasawuf). Sementara yang beliau maksud dengan taghbîr atau samâ` ialah nyanyian dan senandung yang mereka dendangkan.

    Beliau memasuki Mesir pada tahun 199H. Pernyataan beliau itu menunjukkan bahwa samaa’ merupakan perkara baru dalam Islam yang tidak dikenal sebelumnya oleh umat Islam.

    Imam Syâfi’i rahimahullah mengingkari mereka dengan menyatakan:

    أَسَاسُ التَّصَوَّفِ الْكَسَلُ

    “Asas tasawuf adalah kemalasan” [al-Hilyah karya Abu Nu’aim al-Ashbahâni 9/136-137].

    Beliau juga mencela mereka dengan berkata:

    لاَ يَكُوْنُ الصُّوْفِيُّ صُوْفِياًّ حَـتَّى يَكُوْنُ فِيْهِ أَرْبَعُ خِصَالٍ : كَسُولٌ أَكُوْلٌ شَؤُوْمٌ كثَيْرُ الْفُضُولِ

    Seseorang tidak akan menjadi Sufi (tulen) kecuali setelah empat perkara ada padanya: sangat malas, banyak makan, sangat pesimis, dan banyak melakukan hal yang tidak perlu”. (Manâqibu asy-Syâfi’i karya al-Baihaqi 2/207).

    Imam al-Baihaqi rahimahullah dengan sanadnya meriwayatkan dari Yûnus bin ‘Abdil A’lâ rahimahullah , ia berkata, “Aku mendengar (Imam) Syâfi’i rahimahullah menyatakan:

    لَوْ أَنَّ رَجُلاً تَـصَوَّفَ مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ لَمْ يَأْتِ عَلَيْهِ الظُّهْرُ إِلاَّ وَجَدْتَـهُ أَحْمَقَ

    “Kalau ada orang menjadi Sufi di pagi hari, maka tidaklah datang waktu Zhuhur kecuali orang tersebut akan engkau jumpai menjadi manusia yang dungu”. [Manâqib Syâfi’i karya Imam al-Baihaqi 2/207]

    BalasHapus

Artikel Ini Bagus (Good) atau Jelek (Bad)? Please Comment here