Laman

Kecepatan Cahaya dan Batas Alam Semesta Dalam Perspektif Isra' Mi'raj

new life hubble
Kecepatan Cahaya dan Batas Alam Semesta tetap menjadi topik menarik dalam Astrofisika. Kecepatan cahaya yang menurut Einstein merupakan kecepatan tertinggi yang bisa dicapai sebuah partikel ternyata bisa dilampaui oleh kecepatan neutrino yang memiliki massa mendekati nol. Kecepatan pemindahan singgasana ratu Balqis dari Yaman ke Yerusalem dalam waktu kurang dari satu kedipan mata juga disebut-sebut sebagai bukti bahwa pernyataan Einstein tidak sepenuhnya benar.
Ide alam semesta tak terbatas yang dikemukakan para fisikawan Newtonian telah terbantah dengan gagasan Keppler yang dipicu pertanyaan sederhana, kenapa langit malam hitam kelam. Dalam elaborasinya Keppler menerangkan jika alam semesta tak terbatas, langit malam tidak mungkin hitam kelam melainkan terang benderang seterang matahari pada setiap "pixel" langitnya. Suhu di bumi pun akan terus naik tak terbatas, air dan atmosfir menguap dan membara hingga tak mungkin ada kehidupan. Logika Quran telah mengajari kita sejak awal bahwa hanya Sang Pencipta lah yang tak terbatas, sementara Alam Semesta ciptaan Allah tentulah terbatas. Peristiwa Isra' Mi'raj mengisyaratkan hal ini dengan menyebut Sidratil Muntaha sebagai batas terluar yang tidak terlampaui oleh makhluk ciptaan-Nya. Bagaimana penjelasannya

Allah berfirman dalam surah An Najm ayat 13-18

"Dan sesungguhnya dia (Nabi Muhammad SAW) telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, di Sidratul Muntaha. Di dekat (Sidratul Muntaha) ada syurga tempat tinggal. (Dia melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh suatu selubung. Penglihatannya tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar

Sidratul muntaha secara harfiah berarti 'tumbuhan (sidrah) yang tak terlampaui', suatu perlambang batas yang tak seorang manusia atau makhluk lainnya bisa mengetahui lebih jauh lagi. Hanya Allah yang tahu hal-hal yang lebih jauh dari batas itu.
     Dengan demikian, secara bahasa Sidratul Muntaha berarti batas tempat berkesudahan. Disebut demikian karena tempat ini tidak bisa dilewati lebih jauh lagi oleh manusia dan merupakan tempat diputuskannya segala urusan yang naik dari dunia di bawahnya maupun segala perkara yang turun dari atasnya.
     Sementara para peneliti astrofisika tengah mencari cara menentukan batas alam semesta, informasi mengenai Sidratul Muntaha yang termuat dalam teks Quran tentang Isra’ Mi’raj telah menginformasikan mengenai batas paling jauh alam semesta. Dan Rasulullah Muhammad menjadi manusia yang “pernah” dibawa sampai ke sana. Jika astrofisikawan memperkirakan batas alam semesta sebagai sebuah keyakinan ilmiah (ilmul yakin), maka Rasulullah sudah mengalami sampai di tempat yang disebut batas alam semesta sebagai sebuah pengalaman bukti empiris (ainul yakin).


Sidratul Muntaha  Letak dan Arti Pentingnya


     Tidak banyak informasi Quran mengenai Sidrotul Muntaha. Data yang minim dalam Quran ini bagi sebagian orang justru menjadi isyarat bahwa sidrotul muntaha merupakan sesuatu yang “kasat mata”  (bisa diobservasi) meskipun keberadaannya saat ini masih merupakan misteri dikarenakan sedikitnya informasi yang telah berhasil didapat. Mirip dengan perbedaan jumlah informasi Quran mengenai setan (iblis dkk)  dan informasi quran mengenai Dajjal. Hakikat setan (yang invisible) di informasikan secara lengkap dalam Quran, sementara Dajjal (yang visible) informasi qurannya hanya berupa penggalan isyarat.
     Beberapa petunjuk yang tersirat dalam Quran adalah arah letak sidrotul muntaha ini. Tidak banyak yang memperhatikan bahwa setidaknya ada dua fenomena dalam Quran yang menunjukkan letak sidrotul muntaha ini. Bagi seorang fisikawan tentu memahami bahwa batas alam semesta berada pada arah menjauh dari matahari. Arah luar matahari merupakan arah yang sama dengan arah atas dari langit malam di bumi. Dan Quran menyebutkan Isra’ Mi’raj dan Nuzulul Quran keduanya terjadi pada malam hari. Jadi yangdisebut atas adalah arah menjauh dari matahari.

Keagungan Allah Pencipta Jagat Raya


Dari batas Sidratul Muntaha, Jagat Raya terlihat seumpama matahari sebesar kelereng maka bumi hanyalah sebuah titik yang terletak 1,5 meter dari matahari. Planet terluar dari tatasurya berada pada radius 50 meter dari matahari. Jarak dari matahari ke pusat galaksi kira kira 6000 kali lebih jauh lagi. Ukuran galaksi dari ujung ke ujung kira kira 300 ribu kali lebih jauh lagi. Padahal jagat raya terdiri dari milyaran galaksi. Artinya betapa maha Agungnya Jagat Raya ciptaan Allah dibanding bumi yang tak lebih dari sebutir debu


, Allah telah memperlihatkan kepada Muhammad sebagian tanda kebesaran-Nya, dan yang diperlihatkan itu adalah sebagian tanda kekuasaan Allah yang paling besar.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel Ini Bagus (Good) atau Jelek (Bad)? Please Comment here