Laman

1 Ramadhan 2013 Kenapa Berbeda?

1 Ramadhan 2013 untuk wilayah Indonesia jatuh pada tanggal 9 atau 10 Juli 2013. Artinya ada sebagian organisasi Islam yang "Dewan Pakar" nya telah menentukan bahwa 1 R = 9 Juli, sementara sebagian yang lain menunggu sampai hari Senin Maghrib 8 Juli untuk mengadakan observasi ketinggian bulan sabit (hilal) sore di atas ufuk barat saat matahari terbenam. Seringkali pertanyaan muncul, kenapa dewan pakar dari berbagai organisasi Islam tidak bermusyawarah untuk menentukan cara yang sama sehingga dapat mengeluarkan keputusan yang sama? Kalau bisa sama kenapa mesti berbeda?



Apa yang disebut dengan 1 Ramadhan?

Penentuan jumlah hari dan awal bulan untuk kalender Qomariyah didasarkan pada pergerakan bulan mengelilingi bumi selama rata rata 29,5 hari sekali. Artinya secara teori setiap 29,5 hari telah berganti bulan baru. Namun dalam prakteknya angka ini dibulatkan menjadi 29  atau 30 hari,  disebabkan dua hal berikut:
  1. Angka 29,5 hari itu adalah angka rata rata
  2. Pengertian hari tidak mungkin merujuk kecuali pada hari matahari yang kita alami yang memiliki batas batas siang dan malam
Dalam sistem penanggalan Internasional (yang sudah tak asing bagi keseharian kita), lazimnya orang mempersepsi awal hari adalah pagi hari meskipun sebenarnya hari baru telah dimulai ketika jarum jam menunjukkan pukul 00.00 waktu setempat.

Sementara itu hari dalam penanggalan Hijriyah dimulai saat matahari terbenam (di wilayah itu). Berdasarkan perhitungan bahwa 1 bulan Syaban = 29,5 hari, maka pada hari ke 29 bulan Sya’ban dilakukan observasi apakah saat matahari terbenam bulan sudah tepat mengelilingi bumi satu putaran atau belum.

Jika sudah 1 putaran penuh bulan mengelilingi bumi maka selepas manghrib di tempat itu sudah jatuh tanggal 1 Ramadhan
Jika belum 1 putaran penuh maka sehari setelah observasi, (juga selepas maghribnya) baru dinyatakan 1 Ramadhan.

Posisi bulan relatif terhadap matahari dan pengamat di bumi merupakan sebuah pergerakan yang dapat dihitung dan diprediksi dengan akurasi yang memadai.  Demikian pula perhitungan mengenai angka pasti umur bulan saat maghrib tanggal 29 Sya’ban.

Kalau hitungannya pasti lalu kenapa masih berbeda?


Perbedaan Substantif, Perbedaan Interpretasi, dan Perbedaan Politis

Setidaknya ada 3 penyebab perbedaan penetapan 1 Ramadhan. Memang benar ada fakta empirik yang secara substansi memang menyebabkan perbedaan, aka tetapi kemampuan interpretasi masing masing “pakar” yang berwenang dari masing masing kelompok, yang saling berbeda kerapkali menjadi pendorong utama terjadinya perbedaan. Diluar semua itu yang perlu lebih diwaspadai adalah bahwa perbedaan interpretasi semacam ini bisa menjadi pintu masuk terjadinya perpecahan umat yang sangat menguntungkan musuh Islam. Itu sebabnya beberapa orang yang lebih cermat seringkali membaca fenomena adanya pihak tertentu yang dengan sengaja mengarahkan agar perbedaan semacam ini tetap ada dan selalu ada, meskipun sebenarnya bisa disatukan.

Menyikapi Perbedaan 1 Ramadhan Dengan Proporsional.

Bagi kaum muslimin yang tidak memiliki keluangan waktu untuk menelaah lebih jauh ihwal penetapan tanggal 1 awal bulan Hijriyah, hendaknya mengambil sikap untuk mengikuti ulama, imam setempat atau yang lebih mereka percayai, seraya tetap memberikan kelonggaran kepada saudara muslim lainnya yang tidak mengikuti imam atau ulama yang sama.

Bagi kaum muslimin yang memiliki keluangan waktu hendaklah mengikuti kajian diskusi seminar atau kegiatan kegiatan lain yang bertujuan memberikan penjelasan mengenai seluk beluk penetapan awal bulan Hijriyah. Wawasan yang cukup mengenai persoalan ini setidaknya memberikan bekal buat kita agar mampu memberikan penjelasan kepada saudara muslim lainnya yang tak sempat belajar untuk dapat memahami kenapa sampai terjadi perbedaan dan bagaimana kita harus mengambil sikap

Bagi beberapa orang yang didaulat sebagai “Imam” yang berkewenangan untuk menentukan tanggal 1 awal bulan,.. hendaklah terus melengkapi diri dengan ilmu astronomi dan senantiasa membuka diri untuk menerima informasi baru baik berupa metoda maupun data empirik yang akan sangat bermanfaat bagi penyempurnaan atas metoda dan data yang sudah ada.

Bagi seluruh kaum muslimin hendaklah waspada akan adanya kepentingan musuh Islam yang menghendaki perpecahan umat.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel Ini Bagus (Good) atau Jelek (Bad)? Please Comment here